A Vanilla Favour

www.anggrainica.com

Setiap manusia pasti memiliki kesulitan dan perjuangannya masing-masing, tidak diceritakan, tidak ditampakkan bukan tidak ada.

Senyum yang tersungging di wajah bukan pertanda kita selalu kuat melainkan mengartikan kalau kita tersenyum maka kita bahagia, bukan bahagia dulu baru tersenyum. Karena sejatinya sumber kebahagiaan kita seharusnya ditemukan dan berasal dari diri kita.

Oleh karena itu sebelum gue mengingat apa saja pencapaian tertinggi gue. Gue mau mengucapkan terima kasih untuk diri gue sendiri yang tidak pernah menyerah walaupun rasanya ingin sekali.

Gue ringkas aja jadi Top 10 versi Me and My Becoming:

1.Gue bisa langsung kerja di salah satu RS Swasta di Jakarta ketika baru lulus SMKF dan tidak menjadi beban orang tua sejak usia remaja

2.Melakukan hobi-hobi gue, beli buku, fangirling things dan yang lainnya dengan penghasilan gue sendiri

3.Bisa kuliah dan bekerja disatu waktu bersamaan

4.Lulus kuliah di jurusan yang out of the box banget sama gue dan background gue sebelumnya, walaupun terseok-seok

5.Lolos MUN (Model United Nations) walaupun disayangkan karena satu dan lain hal gue nggak diizinkan berangkat ke LN

6.Masuk 7 besar finalis Inspo Creative Special Writer 2020

7.Mendapatkan apresiasi berupa menerbitkan buku kolaborasi finalis 20 besar Inspo Creative Special Writer yang sebelumnya tidak ada di awal perlombaan

8.Menguasai lebih dari dua bahasa asing, tetapi masih tetap harus banyak belajar 

9.Menjadi pendengar untuk teman sebaya/kerabat, baik yang seumuran atau pun lebih dewasa

10.I'm not perfect, but I'm always myself coz I don't want to lose the real me.

Catch me up on:

Instagram: @ayuchitrap_

www.anggrainica.com

Apa harapan terbesar gue untuk blog?

Kalau ditanya pertanyaan itu gue takut banget sebenarnya, takut kalau niat awal gue ngeblog jadi melenceng kemana-mana.

Gue cuma berharap gue semakin konsisten untuk nulis di blog gue sendiri, yang bisa bermanfaat untuk orang lain, job juga tapi gue inginnya tetap menjadi diri gue sendiri yang tidak terlalu fokus pada angka-angka, karena kalau gue terfokus pada angka gue pasti akan membuat sesuatu yang sedang viral dan mungkin bikin gue nggak nyaman. No offense ya, gue nggak berniat menyinggung siapapun dan juga tidak untuk menjudge. Setiap orang punya pilihannya masing-masing dan ini pilihan gue.

Belum lagi gue juga takut kalau gue mulai terfokus sama angka-angka itu, ketika pembaca gue sedikit jadi sebab untuk gue nggak mau menulis atau ngeblog lagi atau dengan angka-angka tadi bikin gue jadi mengunderestimate orang lain. You know what I mean, rite??

Sama halnya seperti seseorang yang lebih tua yang tidak mau mendengarkan pendapat jika dikemukakan oleh orang yang berusia lebih muda darinya, bukan dari bagaimana cara berpikirnya atau dari apa yang disampaikannya.

Gue nggak mau hal-hal yang gue sukai dijadikan perlombaan yang bahkan tidak pernah gue setujui. Gue menganut paham, apapun yang kita lakukan dengan niat yang baik pasti akan dibukakan dan diberikan jalannya sendiri.

Jadi kalau diringkas keinginan terbesar gue untuk blog:

-Konsistensi gue dalam menulis

-Bisa semakin berkembang, namun tidak menjadikan angka sebagai set goals

-Menikmati prosesnya

Mungkin segitu saja dulu, gue terbiasa untuk tidak banyak menaruh harap walaupun itu sama diri gue sendiri, just let it flow karena khawatirnya gue jadi kecewa sama diri gue sendiri dan self blamming terus-menerus kalau apa yang gue harapkan nggak sesuai.

Last but not least, gue percaya setiap tulisan itu pasti punya dan akan menemukan pembacanya masing-masing.

Catch me up on:

Instagram: @ayuchitrap_

Twitter: @ayu_chichit

www.anggrainica.com

Tulisan ini masih berkaitan dengan tulisan gue sebelumnya tentang “Kenapa harus anggrainica?” di sana gue sudah bahas sedikit tentang alasan kenapa gue ngeblog.

Okeee sekarang mari kita lanjutkan.. yang gue inget, gue kembali ingin nulis karena nggak bisa gue pungkiri gue butuh pemasukan saat lagi menyelesaikan tugas akhir gue a.k.a skripsi yang sebelumnya blog itu gue gunakan untuk nulis keluh kesah gue selama proses skripsian tersebut atau keseharian gue yang lain.

Dan juga karena gue sudah resign dari tempat kerja karena kondisi kesehatan gue semakin menurun dan masih struggling sampai sekarang. Karena yang tadinya gue punya banyak kegiatan, kayak tiba-tiba harus dipaksa oleh kondisi kesehatan untuk lebih banyak bed rest, kayak sudah menjadi candu kalau banyak kegiatan maka gue akan mudah melupakan hal-hal yang bikin gue sedih, dan karena gue juga senang bisa melakukan banyak hal/kegiatan. 

Beberapa orang mungkin juga melakukan hal yang sama. Memilih sibuk untuk membunuh berbagai perasaan dan pikiran-pikiran negatif.

Waktu itu gue mulai mencari tau gimana cara untuk memulainya, dari search tentang apa itu SEO, Google Analytics, Domain, Theme Blog, Adsense. 

Semua gue cari tau sendiri dan gue oprek sendiri. 

Setelah semua lengkap, gue memulai untuk menulis review skincare dan acne stories, perjuangan gue sebagai acne fighter agar kondisi kulit berangsur-angsur membaik, yang sebenarnya masih berlangsung sampai saat ini menjadi acne fighter. Gue juga menyelipkan sedikit pengalaman menjadi korban bullying.

Untuk pengalaman pertama ngeblog not bad, gue dapet kerjasama dan dikirimin product untuk di review sesuai dengan jenis kulit dan kondisi kulit gue saat itu, belum lagi terhitung yang berbayar, walaupun belum dalam nominal yang besar seperti para blogger terkemuka, gue mensyukuri apapun itu bentuknya. Pengalaman, proses dan hal-hal yang terjadi selama proses gue bertumbuh itu yang nggak ternilai harganya, yang mungkin nggak akan pernah gue dapet kalau gue nggak memutuskan untuk kembali menulis dan ngeblog.

Hal lain yang gue syukuri, dalam perjalanan gue mencari product skincare yang cocok pun bisa relate sama beberapa orang dan mungkin bisa sedikit membantu mereka, rasanya seperti dapet kebahagiaan tersendiri.

Jadi di blog gue selain isinya berupa review, seringnya berisi random thoughts atau celotehan gue akan beberapa hal, termasuk tentang beberapa buku yang gue baca, fangirling thing juga. 

Nah, sudah segitu aja dulu besok kita sambung lagi ke cerita yang lainnya hehehehe..

Hopefully y'all could be enjoy here! ❤️

Catch me up on:

Instagram: @ayuchitrap_

Twitter: @ayu_chichit

www.anggrainica.com

Writing is healing, kita sering banget mendengar kalimat itu bukan? Maksudnya apa sih? Menulis itu menyembuhkan? Kok bisa?

Menurut opini pribadi, kalimat itu benar adanya, karena banyak hal atau sesuatu yang kita nggak bisa ungkapkan langsung bisa kita tuangkan ke dalam bentuk tulisan. Baik itu memori yang menyenangkan ataupun tidak.

Menulis pun jadi alternatif untuk bercerita tanpa perlu didengar, karena kita dengan sukarela melakukannya, iya kan? 

Belum lagi kalau ternyata tulisan kita juga bisa mewakili orang yang membacanya, setidaknya kita secara tidak langsung juga bisa membuat orang lain tidak merasa sendirian.

Itu salah satu sebab awal yang membuat gue memutuskan untuk ngeblog, kembali lagi menulis setelah sekian lama. Proses awal yang dilewati salah satunya menentukan nama blog yang akan menjadi tanda pengenal kita kepada pembaca, semacam identitas kedua(?)

Lantas kenapa anggrainica? 

Nama lengkap gue Ayu Chitra Anggraini, coba lihat dari satu persatu suku kata yang ada di nama gue, pasaran sekali bukan? Hehehehe..

Gue sempat bingung bagaimana membuat nama blog, ingin menggunakan nama yang lain tapi ragu dan masih ingin menggunakan nama sendiri, alhasil gue mengakali nama pasaran gue itu dengan mengambil dari nama belakang, kemudian ke nama tengah dan langkah terakhir hanya dengan menambahkan satu huruf awal dari nama depan. Terlahirlah anggrainica (AnggrainiChitraAyu), dengan tujuan lebih mudah diingat karena nggak berbeda jauh dengan nama asli.

Namun nama ini justru menimbulkan dampak yang lain, alih-alih ingin membuat perubahan dari nama yang sangat banyak di Indonesia (re: pasaran) menjadi nama yang cukup jarang ditemukan, justru membuat beberapa orang di real life gue jadi memanggil gue dengan nama itu.. iya anggrainica.

Misalnya: 

“Eh, Nica nanti mau ikut gak?”

Aneh aja rasanya, yang biasanya memanggil dengan nama Ay, Ayu, Yu atau Chit berubah menjadi anggrainica, seketika gue menemukan perasaan asing, seolah orang-orang yang sudah lama kenal, bahkan sebelum gue memutuskan untuk membuat blog, seperti membuat jarak. Padahal nama itu hanya untuk blog aja, bukan ditujukan untuk merubah identitas.

Gue pun sempat untuk mengganti nama instagram yang tadinya menggunakan nama anggrainica juga, dengan nama lengkap gue seperti awal, selain dengan cara itu gue juga coba tipis-tipis menyampaikan kalau gue kurang terlalu suka dipanggil dengan nama blog terlebih oleh teman lama.

Tentu aja perasaan asing dan seolah diberi jarak itu hanya gue rasakan ketika teman-teman yang sudah kenal lebih lama yang melakukannya, berbeda dengan orang yang baru dikenal lalu membuat nama panggilan dengan anggrainica, tidak terlalu kentara, ya karena mungkin baru kenal.

Hamdalahnya, sekarang mereka sudah tidak memanggil dengan nama anggrainica lagi, kembali ke nama panggilan sebelumnya. 

Itu lah cerita singkat tentang asal muasal nama blog gue, nggak seperti kebanyakan orang yang membuat nama blog dengan berbagai filosofi, gue justru dengan mengakali nama lengkap pasaran gue dan mendapatkan pengalaman seperti memiliki dua identitas yang berbeda ketika teman-teman gue merubah nama panggilan, seolah gue dengan nama lahir Ayu Chitra Anggraini dengan nama blog Anggrainica adalah dua kepribadian atau orang yang berbeda. Yeah that's my story, kinda weird but funny tho 😂

Catch me up on:

Instagram: @ayuchitrap_

Twitter: @ayu_chichit

Ternyata perasaan sedih terhadap satu orang yang coba kita tidak rasakan justru semakin memanggil perasaan sedih itu sendiri dan berbagai kenangan tidak kalah sedihnya tapi tidak saling terkait dengan orang yang sama. Aneh ya? Ya begitulah rahasia perasaan yang kadang tidak bisa kita jelaskan.

“Just hate everything right now”.

Itu adalah sebagian lirik dari lagu yang sedang saya dengarkan saat menuliskan ini, dengan aroma sandalwood yang menemani segelas air putih yang saya sediakan setiap pagi.

Lagu pengantar kesedihan yang paling sedih buat saya. Hate Everything by Golden. Lantunan suara lembutnya dan melodi yang seolah berbicara sama saya “I hate that I have to be strong”, dan makin membuat saya tidak keruan rasanya, iya saya lagi tidak suka untuk menjadi kuat, walaupun keseluruhan liriknya tidak tepat untuk menggambarkan yang saya rasakan saat ini, tapi beberapa bagian liriknya cukup mewakilinya.

Pagi ini saya lagi-lagi menyadari kalau apapun itu bentuk emosinya, termasuk perasaan sedih, terima saja, dipeluk erat rasa sedih itu, karena semakin ditolak, semakin melekat dan menyesakkan.

Kamu tahu tidak, penyebab kenapa ada seseorang yang tiba-tiba sedih dan ingin menangis?

Itu karena di waktu lampau, ia membungkam perasaan sedih dan menggantinya dengan perasaan bahagia, hanya untuk meyakinkan dirinya sendiri kalau ia baik-baik saja.

Yang dikemudian hari menjadi bom waktu, berupa isak tangis lantang yang jika orang lain bisa mendengarnya, juga bisa merasakan rasa sakitnya.

Rasa sakit yang sebelumnya ia simpan sendiri. Rapat-rapat.

***

Tulisan ini saya tutup dengan kalimat yang paling sering orang itu katakan, orang yang kepergiannya sebenarnya hanya sementara tapi sudah bisa saya rasakan kehilangannya.

“No matter how difficult something is, I will always be positive and smile like an idiot.”

Yeah.. see you when I see you my happy virus :')))

Jakarta, 22 Maret 2021