[Review “Pergi - Tere Liye”]
June 29, 2018“Sebuah Kisah tentang menemukan tujuan, kemana hendak pergi, melalui kenangan demi kenangan masa lalu, pertarungan hidup-mati, untuk memutuskan kemana langkah kaki akan dibawa Pergi.”
Kali
ini gue mau review novel Tere Liye
“Pergi” atau malah sekaligus curhat, buat yang belum tau novel ini adalah
lanjutan novel sebelumnya “Pulang”. Jadi klo blm baca Pulang kemungkinan besar
kalian akan bingung.
Gue
akan nge-review ini sesuai sudut
pandang gue, yang mungkin ga akan sama dengan pembaca-pembaca yang lain. Harus
gue akui, gue bukan lah orang yang melek politik.
Dan
jujur gue mulai tertarik dengan hal-hal berbau politik baru akhir-akhir ini,
andil terbesarnya di novel Api Tauhid karangan Habiburrahman El Shirazy yang
gue baca kira-kira dua tahun lalu. Di novel tersebut ada sepenggal kalimat yang
gue inget klo ga salah begini “Muslim pun harus tau politik mau tidak mau, ga
boleh tutup mata, walaupun hanya mengetahuinya sedikit”.
Gue
ga bermaksud OOT (Out Of Topic) tapi
emang kebanyakkan dari kita pun banyak yang ga mau peduli tentang itu, entah
karena banyak intrik, dsb. Dan gue termasuk golongan orang-orang begitu,
awalnya gue kira politik ga akan mempengaruhi hidup gue atau masyarakat
Indonesia. Nyatanya justru sebaliknya. Pemimpin yang kita pilih mempengaruhi
roda kehidupan Negeri ini.
Setelah
novel Api Tauhid, ketemulah gue sama novel Tere Liye yang judulnya Pulang. Gue
ga tau sama sekali klo novel itu akan menceritakan salah satu unsur politik,
Gue emang penggemar buku-buku karangan Tere Liye tapi sejauh ini yang gue baca
masih banyak romance nya, kalaupun itu petualangan pastilah pilihan jatuh ke
novel-novel petualangan antar klan “Bumi, Bulan, Matahari, Bintang,dsb”.
Pulang
– Pergi ini menceritakan tentang “Shadow
economy”. Bisnis-bisnis besar yang
selama ini kita pikir wajar ternyata terdapat banyak intrik dari perebutan
kekuasaan antar kepala keluarga pengusa shadow
economy, pengkhianatan dan usaha saling bunuh tapi juga pembuktian
kesetiaan.
Honestly,
gue waktu pertama kali baca Pulang, rasanya sakit kepala. Pertanyaan-pertanyaan
itu selalu dateng setiap kali gue ngeliat bangunan gedung-gedung besar itu.
Mungkin juga itu adalah kedok dari shadow economy ?
Apa
shadow economy beneran ada ?
Kayaknya
gue perlu kasih tau kenapa gw bisa punya pemikiran kayak gitu.
Pertama,
gue emang ga melek politik atau orang-orang yang melek politik juga sebenernya
ga tau, hanya medukung kubu yang dirasanya benar. Entah.
Kedua,
gue udh pernah hadir di salah satu bedah buku Tere Liye, beliau klo nerbitin
buku pasti didasari riset walaupun cerita fiksi. Hal ini makin bikin pikiran
gue kemana-mana.
Temen
gue, yang gue rasa lebih pinter dari gue pun pas dia pinjem buku Pulang , dia bilang
“Ini sebenernya ceritanya kemana kok muter-muter ?”
Gue
harus akui, plot di Pulang itu emang maju-mundur.
Masa
Lalu - Masa sekarang. Alot perkembangan ceritanya. Tapi gue selalu kasih jawaban
untuk lanjut baca sampai habis, karena klo cuma berhenti di tengah jalan ga
akan tau maksud yang disampaikan dari isi bukunya. Simple nya pemahaman baru ga
akan pernah dateng klo kita udah nyerah ditengah jalan kan ?
Sebaliknya
Pergi perkembangan ceritanya ga alot menurut gue, beberapa ada yang anti
klimaks. Samar-samar bisa ditebak. Plot nya masih maju-mundur tapi ga serumit
Pulang.
Tapi
ga membosankan, selain ngebahas shadow
economy banyak juga unsur action di dalamnya. Itu bagian paling menyenangkan.
Menyusun strategi biar ga bersikap gegabah, menghilangkan rasa takut,
menghargai masa lalu. Itu semua ada di Pulang – Pergi. Tambahan kita akan
sedikit menambah pengetahuan berbahasa.
Ya,
ini adalah shadow economy. Aset
petinggi negeri atau pengusaha konglomerat sungguh itu tidak seberapa
dibandingkan dengan Aset kepala keluarga dari masing-masing shadow economy (ada delapan kepala
keluarga, satu mewakili satu Negara). Penerbangan ini sudah lintas antar Benua.
Beberapa
diantaranya ada bahasa Tagalog dari Philippine, Amerika Latin, Rusia.
Menurut
gue, di novel ini Tere Liye pengen kita jauh lebih banyak rasa ingin tau untuk
hal-hal yang positive.
Banyak
belajar hal baru, punya sudut pandang yang berbeda, biar kita ga semakin
tertinggal. Sibuk main TikTok.
Gue
ga bisa kasih banyak review
sepertinya, karena sekali lagi ini dari sudut pandang gue yang ga melek politik
tapi merasa tersadarkan klo hal itu penting. Jadi buku ini emang gue recommend
untuk dibaca.
Ada
salah satu kutipan Pergi yang makin nampar gue banget.
“Ada tujuh miliar penduduk di dunia saat ini, nyaris tujuh miliarnya tidak tahu tentang fakta jika ada kelompok yang mengendalikan ekonomi bayangan di dunia, shadow economy. Apa itu shadow economy ? itu adalah ekonomi yang berjalan di ruang hitam. Black market, underground economy.”
Pergi - Tere Liye (hal.38)
“Sejak zaman dulu shadow economy sudah ada. Berhentilah bertanya apakah itu fiksi atau nyata”.
Pergi – Tere Liye (hal.418)
Jleb
banget bacanya, gue bener-bener masuk kategori pertama dan kedua. Kayak yang
gue bahas sebelumnya. Gue antara mau percaya atau engga shadow economy itu beneran ada karna ini ditulis di novel fiksi
tapi penulisnya Tere Liye, gue tau banget beliau pasti ambil berdasarkan riset
juga.
Dikutipan
ke-dua, pertanyaan terbesar gue udh terjawab. Lunas !
Oiya
di Novel Pulang, Pergi ini ada konflik ditiap tokoh yang menarik tapi terlalu
panjang untuk di review jadi klo
penasaran kalian bisa langsung beli/pinjem.
Ps:
Tolong jangan beli yang bajakan, dengan itu kalian udah selangkah lebih
menghargai jirih payah karya orang lain.
(smile)
Pergi - Tere Liye
Page : 455
Rate : 8/10
0 Comments