[KUTIPAN/QUOTES] "KOMET"– TERE LIYE
March 16, 2019
Akhirnya setelah lama gue baca buku ini sejak
November 2018, gue memutuskan untuk membuat summary
(lagi) kutipan atau quotes dari
novel Bang Tere Liye tentang petualangan tiga sekawan yaitu Raib, Ali dan Seli
di dunia paralel. But anyway I have lil
bad news for book lovers coz book of Tere Liye being more expensive, mengingat
peminat buku Bang Tere Liye ini dari bermacam-macam usia.
Bagi anak-anak sekolah, mahasiswa/i yang belum bekerja for your information sekarang untuk buku ke-6 dari series BUMI a.k.a KOMET MINOR dibandrol dengan harga 105k :’) klean harus menabung dan pandai-pandai menyisihkan uang gaesss, jangan pernah walaupun kepepet terbesit untuk beli yang bajakan yaa!! Atau solusi lainnya lebih baik pinjam sama teman.
anggrainica.com/IG:anggrainicaa12 |
Setelah
“musuh besar” kami lolos, dunia paralel dalam situasi genting. Hanya soal
waktu, kapan pun pertempuran besar akan terjadi. Bagaimana jika ribuan petarung
yang bisa menghilang, mengeluarkan petir, termasuk teknologi maju lainnya
muncul di permukaan Bumi? Tidak ada yang bisa membayangkan kekacauan yang akan
terjadi. Situasi menjadi lebih rumit lagi saat Ali, pada detik terakhir,
melompat ke portal menuju Klan Komet. Kami bertiga tersesat di klan asing untuk
mencari pusaka paling hebat di dunia paralel.
“Inilah pohon coco de mer. Spesies
langka dari tumbuhan kelapa, tumbuh di Kepualuan Seychelles, Laut India. Tinggi
pohonnya bisa mencapai 25-34 meter, dengan buah raksasa seberat 25-30 kilogram.
Inilah buah dengan biji terbesar di seluruh Bumi.”
“Tapi bukan itu yang membuatnya spesial, melainkan fakta bahwa tumbuhan
ini membutuhkan 80 tahun sekali untuk berbuah dan 7 tahun berikutnya untuk
proses mematangkan buah tersebut. Itu berarti 87 tahun atau hampir satu abad,
barulah pohon ini menghasilkan buah yang matang.”
Pak Gun, Komet – Tere Liye (Hal.15)
“Kami selalu bertiga, apa pun yang terjadi kami akan tetap bertiga,
bahkan jika itu harus mengejar si Tanpa Mahkota ke lubang mematikan”.
Raib, Komet – Tere Liye (Hal.72)
“Petualangan ini, meskipun kami sedang ada di dunia antah-berantah, tapi
dengan selalu tetap bertiga, bersama sahabat terbaik, selalu saja ada
momen-momen lucu.”
Raib, Komet – Tere Liye (Hal.108)
“Seli tidak pernah
hanya mau berpangku tangan sementara dua teman-temannya bekerja keras. Seli menyeka
pipinya. Saking kesalnya dia menahan marah, matanya berkaca-kaca.”
Raib, Komet – Tere Liye (Hal.117)
“Dan Seli melakukan
kebaikkan kecil malam itu. Aku tahu, sepanjang hari Seli sebenarnya tidak
mengambil satu butir pun buah dari bungkusan. Saat aku menawarkan, dia selalu
bilang sudah makan. Seli diam-diam memberikan seluruh jatah makanannya kepadaku
dan Ali agar kami terus kuat menggerakkan perahu. Itulah kenapa Seli marah
sekali saat Ali bilang dia hanya duduk-duduk santai. Seli ingin sekali
membantu.”
Raib, Komet – Tere Liye (Hal.120)
“Berbaur, Ra. Di mana
bumi dipijak, di situ langit di junjung. Lagi pula itu hanya sapaan setempat.”
Ali, Komet – Tere Liye (Hal.153)
“Tapi boneka itu spesial.
Itu hadiah dari ibunya sebelum ibunya meninggal dua tahun lalu. Anak itu yatim
piatu.”
“Aku akan mencari
boneka itu, Seli! Bagi kita itu mungkin cuma boneka, tapi bagi anak tersebut,
itu kenangan dalam hidupnya.”
Raib, Komet – Tere Liye (Hal.160)
“Kita sibuk sekali
mengurus masalah si Tanpa Mahkota, mengurus nasib seluruh dunia paralel, si
Tanpa Mahkota begini, si Tanpa Mahkota begitu, bla-bla-bla. Tapi kita lupa, justru
hidup ini datang dari hal-hal kecil. Anak itu ingin menemukan bonekanya. Dia
minta tolong kepada siapa saja yang bisa. Hanya karena masalah-nya terlalu
kecil, lalu kita abaikan, begitu? Semua orang hendak menyelamatkan dunia, tapi
siapa yang bersedia mencari boneka itu? Jika memang begitu dunia ini bekerja,
aku lebih baik berhenti mencari pulau dengan tumbuhan aneh itu. Petualangan
kita tidak ada gunanya.”
Raib, Komet – Tere Liye (Hal.161)
“Aku menyukai kalian,
Nak. Belum pernah aku bertemu orang-orang dari langit seperti kalian. Naif,
polos… apalagi dia.”
“Dia genius, rambut
berantakan, suka mencari masalah, menganggap enteng semua urusan, dan rela
dikentuti bintang laut raksasa agar teman-nya bisa mencari boneka.”
Kakek Kay, Komet – Tere Liye (Hal.188)
“Nelayan, petani dan
pedagang tidak akan menjadi lebih kuat tanpa ancaman perompak. Perkampungan tidak
akan menjadi lebih tangguh tanpa kecemasan kepada perompak. Penduduk jadi
belajar membangun banteng dan pemukiman bawah tanah. Ketahuilah, setiap kali
sebuah cahaya bersinar terang, maka bayangan yang dibuatnya sangat gelap. Sebaliknya,
saat sesuatu sangat gelap, maka dibutuhkan cahaya terang untuk melewatinya.
Keseimbangan.”
Kakek Kay, Komet – Tere Liye (Hal.204)
“Aku menyukai rombongan
kalian. Meski sering bertengkar, polos dan masih muda, kalian kompak dan peduli
pada orang lain. Keputusan kalian bertarung menghadapi kawanan burung hitam
menunjukkan banyak hal. Lebih-lebih kamu, Seli. Aku tahu, banyak orang bosan
mendengar orang tua ini bercerita. Tetanggaku sudah lama bosan. Satu-dua tidak
tahan, pura-pura ada kesibukkan. Satu-dua bergegas menghindar saat bertemu
denganku. Satu-dua tetap mendengarkan tapi mengomel dalam hati, tidak sabaran,
mengeluh.”
“Tetapi kamu, Seli,
kamu sungguh-sungguh bersedia mendengarkan ceritaku sepanjang malam, tanpa
protes, tanpa keinginan menghentikanku, hingga aku jatuh tertidur. Aku minta
maaf jika itu ternyata merepotkanmu, Nak. Kita baru saling mengenal, tapi kamu
sangat menghormati orang tua kesepian ini.”
Kakek Kay, Komet – Tere Liye (Hal.227)
“Dan jangan lupa, kamu
telah menyelamatkan separuhnya. Besar sekali artinya bagi mereka. Fokuslah pada
yang separuh itu, jangan menyesali yang lain. Aku tahu perasaanmu, Nak. Ketahuilah,
dalam hidup ini, kadang kita melakukan sembilan puluh sembilan kebaikan, lantas
tidak sengaja melakukan satu keburukan. Kita kadang lebih fokus pada satu
keburukan tersebut, lupa betapa banyak yang telah kita lakukan.”
Tuan Dokter, Komet – Tere Liye (Hal.271)
“Setahun lebih sejak
kejadian tiang listrik di belakang sekolah kami roboh, hari ini, kami bertiga
telah menjadi sahabat. Memang masih sering bertengkar tapi kami selalu ada buat
yang lain. Ali juga masih sering menyebalkan, tapi dia teman yang baik. Semoga dengan
terus kompak, kami akan menemukan jalan keluar setiap masalah.”
Raib, Komet – Tere Liye (Hal.330-331)
“Petualangan ini, jika
ada yang takkan pernah menyerah hingga napas terakhir, maka itu adalah Seli. Dia
akan selalu ada untukku.”
Raib, Komet – Tere Liye (Hal.348)
“Aku tidak selalu
sepintar itu. Aku juga tidak selalu tahu solusi masalah kita, Ra…”
Ali, Komet – Tere Liye (Hal.352)
“Sejatinya, dibanding
raja-raja, kesatria, petarung, ilmuwan, orang-orang hebat lainnya yang datang,
rombongan kalian yang paling polos, naif, dan sama sekali tidak meyakinkan. Tapi
lihatlah, pagi ini kalian tiba di sini. Melewati ujian kejujuran, dengan
menolak mencuri makanan di perahu. Melewati ujian kepedulian, dengan membantu
Cindanita mencari bonekanya. Ujian kesabaran dengan mendengarkan celoteh
sepanjang malam. Ujian kecerdasan dengan mengalahkan kawanan burung hitam. Ujian
ketulusan dengan menolong perompak yang kesakitan. Ujian ketangguhan dengan
terus mengayuh bilah papan menuju pulau ini. Pagi ini, kalian telah tiba di
ujian paling penting. Ujian terakhir.”
Kakek Kay, Komet – Tere Liye (Hal.360)
“Kenapa aku dijuluki
sang Pemegang Kunci Lautan? Itu karena istriku, Nak. Dialah Kunci Lautan. Dia memiliki
kekuatan paling unik di seluruh dunia paralel. Nay, bisa membaca pikiran orang
lain secara sempurna. Bukan hanya menebak serangan tipuan, dia sungguh-sungguh
bisa membaca pikiran orang lain.”
“Ternasuk tadi, saat
kalian memutuskan melepaskan kesempatan pergi ke Klan Komet Minor. Nay membaca
pikiran kalian dan mengeduk bagian terdalamnya. Kalian memang sungguh-sungguh
melepaskan kesempatan itu. Kalian memiliki hati yang jernih bagai Kristal. Tidak
ada ambisi, tidak ada keinginan buruk, dan tidak ada niat jahat. Hanya orang-orang
dengan hati itulah yang bisa memahami hakikat pusaka dunia paralel.”
“Di dunia ini ada
banyak hal yang kita lihat tidak seperti terlihat. Ada banyak yang kita kenal,
tapi tidak seperti yang kita kenal. Aku bisa saja membantu kalian menyingkap
rahasia, topeng, kebohongan di ruangan ini misalnya, tapi membiarkan kalian
memahaminya secara langsung akan lebih bijak. Aku juga bisa saja menghentikan
banyak kerusakan di dunia sekarang juga, tapi membiarkan kalian belajar, tumbuh
dengan hati yang jernih, akan membawa lebih banyak kebaikan bagi dunia paralel.
Berangkatlah.”
Kakek Kay, Komet – Tere Liye (Hal.364-365)
Untuk membaca Kutipan/Quotes Tere Liye yang lain klik di sini.
0 Comments