Selama Pandemi Hasilnya? Positif atau Negatif?
April 21, 2020
www.anggrainica.com |
Menurut
gue pandemi ini bisa jadi reminder
buat orang-orang yang tadinya bodo amat sama beberapa hal kecil, misalnya
tadinya ada orang yang kalau mau makan tapi nggak cuci tangan atau cuma
ngebasahin tangan pakai bulir-bulir air dari luar gelas atau botol di minuman dingin yang dia pesan, ada lagi
yang bersin atau batuk tapi nggak ditutup, jarang minum air putih dan makan
buah dan sayur, nggak bisa kumpul bareng sama keluarga karena sibuk kerja, juga reminder untuk kita agar bersyukur bisa
menikmati udara bersih yang Tuhan kasih sekarang. Sejak pandemi ini udara kota, khususnya Jakarta jadi lebih bersih dan langit juga bisa terlihat, nggak
tertutup polusi udara yang biasanya sering kita rasakan karena jalanan menjadi
lebih lowong, nggak dipadati kendaraan.
Beberapa
hal yang kurang baik itu, dengan adanya pandemi ini bisa merubah orang untuk
lebih aware sama kesehatan, orang
yang tadinya bodo amat atau kalau dalam keadaan biasa suka ngatain temennya yang
sering cuci tangan setelah bepergian atau sebelum makan dibilang ‘sok higienis’,
sekarang mereka-mereka ini jadi ikutan sering cuci tangan sebelum makan atau
setelah bepergian plus dengan cara
cuci tangan yang benar, gue berharapnya sih seterusnya ya, hehehe.
www.anggrainica.com |
Orang yang tadinya nggak ngerti etika saat batuk atau bersin itu harus bagaimana? Sekarang jadi tau dan mau nggak mau harus melakukan itu, karena jujur gue pribadi nggak suka sama orang yang ketika dia mau batuk atau bersin tapi nggak ditutup sama sekali, malah kayak diarahkan ke orang yang ada di depannya, apalagi kalau itu orang tua, mau negur juga pasti harus hati-hati banget dan pastinya ada perasaan sungkan karena takut menyinggung.
www.anggrainica.com |
Anjuran dari dokter untuk sering minum air putih karena pintu awal masuk Coronavirus dari tenggorokan, juga jadi hal positif lainnya yang bisa kita rasakan langsung perubahannya pada tubuh kita, karena seringnya kita terlebih anak muda lebih senang untuk minum-minuman dengan pewarna dan perasa tambahan. Kalau untuk sesekali sebenarnya nggak apa-apa tapi seringnya justru kita lebih banyak mengkonsumsi minuman berwarna ketimbang air putih yang lebih dibutuhkan tubuh. Anjuran untuk mengkonsumsi makanan sehat terutama buah dan sayur, itu agar kita mendapat suplai vitamin yang banyak dari sumber aslinya. Dua hal ini juga secara tidak langsung mengubah beberapa pola makan kita ditengah pandemi ini.
Ayah,
Ibu, Kakak, Adik kita yang tadinya jarang bisa untuk sering-sering berkumpul
jadi bisa untuk berkumpul, melakukan banyak aktivitas di rumah dan bisa juga
menggunakan waktu luang yang ada untuk istirahat di rumah. Itu
semua hanya beberapa perubahan positif yang kita rasakan dan harus kita syukuri
karena belum tentu semua orang bisa merasakan hal yang sama, yang paling banyak
kita rasakan adalah ‘waktu luang’, nikmat yang harus disyukuri tapi seiring
berjalannya waktu, nikmat waktu luang ini ternyata jadi boomerang tersendiri karena hal baik yang terlalu berlebihan
jadinya juga nggak baik dan bisa juga berdampak negatif, banyak orang yang sudah mengikuti stay at home atau PSBB yang
diberlakukan pemerintah, mulai mati gaya.
sumber: twitter @handokotjung |
Hal
itu terlihat dari belum lama diberlakukannya PSBB di Jakarta, sudah banyak
orang yang keluar rumah selain karena mati gaya tadi, bisa juga disebabkan
karena mata pencaharian mereka memang hanya di dapat jika keluar rumah, seperti
ojeg online, pedagang, dll.
Belum
lagi yang harus merasakan pahitnya di PHK tanpa pesangon, yang mengharuskan
mereka memutar otak untuk mencukupi kebutuhan keluarga mereka, karena nggak
semua orang mendapatkan bantuan dan kita sebagai makluk hidup tetap harus berjuang
untuk bertahan hidup. Apakah mereka ini salah? Bisa dibilang salah, karena
nggak mengikuti anjuran pemerintah tapi mereka yang keluar rumah ini bukan
hanya sekadar untuk nongkrong semata. Tapi untuk bekerja. Jujur gue pribadi
berharap pemerintah jangan hanya gencar menyuarakan larangan tanpa solusi,
karena bagi orang-orang seperti mereka ini jadi serba salah. Tidak keluar
rumah, penghasilan Rp.0 sedangkan ada keluarga yang menjadi tanggung jawab
mereka, keluar rumah tapi terkena sanksi dan belum tentu pulang mendapatkan
penghasilan tetapi sangat beresiko terkena Coronavirus. Gue berharap bantuan
dari pemerintah pun merata, atau diberikan solusi lain yang lebih jelas dan benar-benar membantu mereka. Percayalah mereka yang
masih nekat bekerja keluar rumah dan tidak mengikuti anjuran PSBB bukan karena
ingin tapi terpaksa demi kebutuhan keluarga.
Kebayang
nggak sih kalau dengan diberlakukannya PSBB ini sudah berdampak negatif sedemikian
rupa di perekonomian, apa yang akan terjadi kalau sampai pemerintah ketok palu
untuk melakukan lockdown? Situasinya
bisa akan lebih menyedihkan dan menyesakan dada dari sekarang yang kita
rasakan.
Maka
dari itu, di sini gue mau mengingatkan lagi, untuk orang-orang yang keluar
rumah, berkerumun dan nongkrong-nongkrong di cafe atau warung kopi hanya karena
sudah bosan dan mati gaya, ditahan dulu, coba cari kegiatan lain. Imbas panjang
dari yang masih sering keluar rumah tapi nggak urgent adalah bisa menyebabkan penyebaran si virus jadih lebih
luas, kalau semakin luas bisa saja dilakukan lockdown, dan akan semakin berimbas bagi perekonomian kita semua,
baik dari sisi pemerintahan dan juga kita sendiri.
Di
negara kita tercinta, Indonesia di mana mayoritas penduduknya beragama islam,
sebentar lagi akan menyambut bulan ramadan. Tentunya kita berharap bisa
menyambut ramadan lebih baik dari tahun-tahun sebelumnya, tapi karena pandemi
ini belum berakhir, suka tidak suka kita harus menerima perubahan yang ada,
diantaranya kita nggak bisa shalat tarawih ke masjid, berbuka bersama teman
atau keluarga di luar rumah, ketika lebaran datang kita tidak bisa shalat ied
dan halal bihalal seperti yang sudah-sudah. Banyak dari kita berharap sebelum
ramadan atau lebaran situasi yang kita lalui sekarang segera berkesudahan, selain
berdoa agar pandemi segera berlalu kita juga harus berusaha agar apa yang kita
inginkan bisa terwujud, dengan cara yuk #dirumahaja.
Jangan
biarkan perjuangan tenaga medis sebagai garda terdepan dan sudah banyak teman
sejawat mereka yang gugur karena merawat pasien Corona menjadi sia-sia. Mungkin
sebagian dari kita nggak merasa kehilangan, takut, nggak mau menerima jasad
mereka dikebumikan di pemakaman sekitar rumahnya, mengusir dari kontrakan atau
indekos mereka. Tentu yang sangat kehilangan dari kepergian mereka adalah
keluarga mereka yang menunggu kepulangan mereka untuk berkumpul kembali di
rumah. Gue sebagai mantan tenaga medis tau betul perjuangan mereka di rumah sakit,
belum lagi dengan minimnya Alat Pelindung Diri yang ada. Kalau jumlah tenaga
medis yang ada semakin berkurang, tapi jumlah pasien lebih banyak. Siapa lagi
yang akan merawat kita?
Yuk
sama-sama kita berjuang untuk membuat Indonesia bangkit! Kita bisa melakukan
kontribusi dari hal-hal kecil yang bisa kita lakukan, seperti melakukan social dan physical distancing, jika
yang memiliki rejeki lebih bisa membantu donasi, bersikap manusiawi juga sudah
bisa meringankan beban orang lain, seperti mengulurkan tangan kalau ada orang
terdekat, tetangga dan teman yang meminta bantuan dan tidak bersikap egois
dengan melakukan panic buying, gue
udh pernah tulis apa itu panic buying
untuk yang belum baca kalian bisa baca dengan klik di sini.
Udah gitu aja dulu, maafkan kalau ada kata-kata yang menyinggung ya. Stay safe dan stay waras everyone! 🙂
0 Comments